Foto Equator-News |
“Kita selain menggelar festival meriam karbit dipadukan dengan festival keriang bandong dan festival bedug. Ini semata-mata menyemarakan Ramadhan sekaligus menjelang perayaan Idul Fitri 1433 Hijriah,” kata Busri Ismail, Kabid Kebudayaan Disbudparpora, Senin (6/8) kepada wartawan.
Menurut dia festival meriam karbit yang dilaksanakan sejak 16-18 Agustus 2012 baru pertama kali dilaksanakan di Kubu Raya khususnya di bulan Ramadhan. Seperti sudah menjadi suatu tradisi sebelumnya, memasuki akhir bulan puasa seluruh warga Tepian Sungai Kapuas sudah dapat mendengarkan dentuman meriam karbit yang berbunyi menggelegar dan sangat nyaring.
MERIAH: Festival meriam karbit yang digelar di waterfront city Alun-alun Kapuas cukup meriah. Siang dam malam hari banyak pengunjung. MUJADI/PONTIANAK POST |
Suaranya merupakan satu bagian dan ciri khas masyarakat tepian Sungai Kapuas ketika menyambut 1 Syawal di Kota Pontianak. “Makanya di Kubu Raya khususnya di perairan Sungai Kapuas sebagai jalur transportasi air yang sudah lama menjadi kebanggaan masyarakat Kalbar khususnya Kubu Raya akan diadakan festival meriam karbit,” kata dia.
Busri berharap supaya masyarakat tepian Sungai Kapuas yang berada di Kecamatan Sungai Raya khususnya dapat terus mengembangkan budaya permainan meriam karbit. “Meriam karbit terbuat dari batang kayu bulat yang dibelah dan dilubangi bagian dalamnya. Kemudian ditangkupkan kembali dan diikat rotan supaya kuat," kata Busri.
Ia menambahkan biasanya perang suara dan kekompakan kelompok yang memiliki meriam menjadi bagian tersendiri untuk menjadi pemenang. Setiap kelompok biasanya terdiri dari 5 meriam bahkan belasan buah meriam karbit. Tujuannya supaya suara dihasilkan sangat-sangat kompak.
Busri sendiri meminta masyarakat dapat ikut serta di festival meriam karbit ini. Selain menjaga kebudayaan daerah yang mulai luntur ditelan globalisasi, juga untuk memasyarakatkan budaya lokal supaya bisa dinikmati wisatawan baik domestik atau mancanegara. Sehingga, slogan Kubu Raya untuk Indonesia tidak hanya dimulut saja, namun lebih menggema di seluruh penjuru Indonesia, bahkan dunia. (den)
Sumber: Harian Pontianak Post
0 comments:
Post a Comment